Senin, 23 Mei 2016
IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN
Barangkali semua mahasiswa sepakat bahwa tugas "terakhir dan terberat" dalam menempuh pendidikan di jenjang Pendidikan Tinggi adalah membuat karya tulis ilmiah yang disebut skripsi (S1), tesis (S2), atau disertasi (S3). Tingkat kesulitan dalam menyusun karya ilmiah itu pun bervariasi bagi setiap mahasiswa. Namun, secara khusus, bagi kebanyakan mahasiswa ilmu-ilmu sosial, kesulitan awal yang lazim dikeluhkan adalah melakukan identifikasi masalah, dalam hal ini masalah-masalah yang layak dikategorikan sebagai masalah penelitian. Tak jarang, kesulitan tersebut menjadi batu sandungan yang turut memanjangkan rentang waktu studi mahasiswa, sehingga gelar "mahasiswa abadi" menjadi lebih duluan disandang ketimbang gelar akademik yang sesungguhnya.
DUA JENIS MASALAH
Secara umum, masalah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu masalah-masalah yang dapat dipecahkan (solvable problems) dan masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan (unsolvable problems). Masalah-masalah yang dapat dipecahkan (solvable problems) adalah masalah-masalah yang dapat dijawab dengan kemampuan bernalar, yang relatif kurang mengundang perdebatan. Kalaupun perdebatan seputar itu terjadi, maka perdebatan itu akan berhenti ketika ditemukan pembuktian. Misalnya, apakah benar seekor merpati memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, sehingga dapat mengantarkan surat atau pesan dari suatu tempat ke tempat lain dengan jarak ratusan bahkan ribuan kilometer? Apakah benar bekatul dapat menurunkan kadar cholesterol dalam darah? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat dijawab, baik mengacu pada pengalaman, atau mungkin membutuhkan bukti penelitian. Lain hal dengan masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan (unsolvable problems). Masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan (unsolvable problems), adalah masalah-masalah yang mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab, sebab tidak ada celah untuk melakukan pembuktian. Biasanya menyangkut fenomena supranatural, atau terkait dengan iman kepercayaan seseorang. Misalnya, apakah benar kematian merupakan pintu masuk bagi kehidupan yang baru? Apakah benar ketika mau menjemput, malaikat bertanya tentang dosa? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak dapat dijawab, bukan hanya karena ketiadaan orang yang dapat ditanya dan dipercaya pernah mengalami hal itu, tetapi karena memang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
HAL-HAL YANG DAPAT MENJADI SUMBER MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian dapat muncul dari adanya kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein, antara apa yang seharusnya dan apa yang senyatanya, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, antara target dan realisasi, antara teori dan fakta, dan seterusnya. Menurut McGuigan (1978) masalah dapat mewujud dalam tiga bentuk, yakni:
a. Ada kesenjangan dalam pengetahuan kita. Dalam arti, muncul kesadaran dalam diri kita bahwa ada sesuatu hal yang tidak kita ketahui, atau ada informasi yang tidak kita miliki. Lalu, didorong oleh rasa penasaran atau ingin tahu, kita mencari jawaban tentang hal tersebut lebih jauh;
b. Ada sejumlah informasi tentang sesuatu hal yang saling berkontradiksi. Dalam ilmu-ilmu sosial, temuan saling bertentangan suatu hasil penelitian seringkali diawali dari banyak membaca jurnal-jurnal penelitian terkait. Hal ini karena tidak ada penelitian yang tuntas, selalu ada kemungkinan temuan penelitian "digugurkan" oleh temuan penelitian yang lain. Misalnya, semula self-efficacy diyakini dipengaruhi oleh dukungan sosial (social support), tetapi beberapa penelitian lainnya justru menyatakan hubungan kedua variabel tersebut tidaklah signifikan. Penelitian lainnya, misalnya, ada yang menyatakan bahwa kehadiran orang lain memacu kinerja seseorang, tetapi penelitian lainnya menyatakan kehadiran orang lain justru menghambat kinerja seseorang.
c. Ada sesuatu fakta yang perlu dijelaskan. Misalnya, adalah fakta bahwa ada siswa yang cerdas, tetapi mengapa memiliki prestasi belajar yang rendah (underachievement).
Walaupun masalah penelitian demikian banyak, namun membutuhkan kejelian "calon" peneliti untuk menemukannya. Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah penelitian, antara lain:
a. Bacaan, terutama bacaan-bacaan yang berisi laporan hasil penelitian. Hal ini dianjurkan, sebab laporan hasil penelitian yang baik, tentu memuat rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada penelitian yang dapat menjawab tuntas semua masalah yang muncul. Justru karena itulah maka ilmu pengetahuan terus berkembang.
b. Diskusi, seminar, atau pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya, juga dapat menjadi sumber bagi "calon" peneliti untuk menemukan masalah peneitian. Hal ini karena pada pertemuan seperti itu masalah-masalah penelitian dipersoalkan secara profesional.
c. Pernyataan pemegang otoritas, baik di dalam pemerintahan maupun di bidang ilmu tertentu juga dapat menjadi masalah penelitian. Misalnya pernyataan Mendibud tentang rendahnya daya serap murid-murid SMK, tingkat pengangguran intelektual, dan sebagainya.
d. Pengamatan sepintas, juga seringkali terjadi ketika seseorang menemukan masalah penelitiannya dalam suatu perjalanan atau peninjauan, yang sebelumnya tidak diduga.
e. Pengalaman pribadi dan perasaan intuitif juga dapat dkembangkan menjadi sumber ditemukannya masalah penelitian.
Apapun sumbernya, masalah penelitian itu hanya akan muncul atau dapat diidentifikasi apabila calon peneliti mempunyai banyak pengalaman atau pengetahuan mengenai suatu cabang ilmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar