Jumat, 27 Mei 2016

PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF


Dalam artikel tentang Perbedaan Pengertian Pendekatan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif telah disinggung tentang perbedaan-perbedaan prinsip penerapan kedua pendekatan ini. Namun, masih dibutuhkan penjelasan yang menunjukkan perbedaan keduanya, setidaknya menurut Sugiyono (2007) dapat ditinjau dari perbedaan aksioma, karakteristik, dan dalam proses penelitiannya, sebagai uraian berikut ini.

1.       Perbedaan aksioma (pandangan dasar)
         Perbedaan aksioma ini meliputi sifat realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan antarvariabel, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai. Sekilas dapat diuraikan perbedaan-perbedaan tersebut sebagai berikut:
a.       Perbedaan sifat realitas
         Dalam penelitian kuantitatif yang berlandaskan filsafat positivisme, realitas dipandang sesuatu yang konkrit, observable, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna, tidak berubah (tetap), dapat diukur, dan diverifikasi. Sementara itu, dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan filsafat postpositivisme atau paradigma interpretif, realitas tidak dapat dipandang secara parsial dan dipecah ke dalam variabel-variabel, tetapi harus dipandang sebagai sesuatu yang dinamis, satu kesatuan, utuh (holistic).
b.       Hubungan peneliti dengan yang diteliti
       Dalam penelitian kuantitatif, hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat independen, berjarak, diasumsikan kebenaran berada di luar hubungan itu. Kuesioner disajikan untuk memperoleh data, dan peneliti hampir tidak mengenal siapa sampel dari populasi yang ditelitinya. Sementara dalam penelitian kualitatif, peneliti justru harus berinteraksi dengan subjek yang ditelitinya, membina hubungan baik dalam upaya mendapatkan data dan memaknainya.
c.       Hubungan antarvariabel
         Dalam penelitian kuantitatif, peneliti melihat variabel yang ditelitinya sebagai hubungan sebab-akibat (kausal) sehingga dikenal ada variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Hubungan inilah yang dicari signifikansi pengaruhnya. Sementara itu, dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses,hubungan antarvariabel cenderung dilihat sebagai interaksi yang saling mempengaruhi (reciprocal), sehingga tidak diketahui dan tidak ada istilah mana independent variable dan dependent variable.  
d.       Kemungkinan generalisasi
         Dalam penelitian kuantitatif, lebih menekankan keluasan cakupan informasi ketimbang kedalamannya, dimana generalisasi diperoleh dari penelitian terhadap sampel, yang diberlakukan terhadap populasi. Sementara itu, dalam penelitian kualitatif, justru lebih menekankan kedalaman informasi (tidak menggeralisasi), sehingga sampai pada tingkat makna, “di balik sesuatu yang tampak”. Dalam penelitian kualitatif tidak ada istilah generalisasi tetapi transferability (keteralihan), yang berarti hasil penelitian pada suatu tempat, memungkinkan juga untuk diterapkan di tempat-tempat lainnya yang relatif sama.
e.       Peranan nilai
         Dalam penelitian kuantitatif, karena peneliti tidak berinteraksi dengan sumber data (subjek yang diteliti), maka pada penelitian kuantitatif relatif bebas nilai, untuk menjaga supaya data yang diperoleh bersifat objektif. Sementara itu, dalam penelitian kualitatif, justru sarat dengan muatan nilai, sebab baik peneliti maupun yang diteliti sama-sama memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-nilai, persepsi, dan kepentingan yang berbeda-beda, yang mempengaruhi proses pengumpulan data, analisis, hingga pembuatan laporan.   

2.       Perbedaan karakteristik
        Dalam penelitian kuantitatif, desain secara spesifik ditetapkan sejak dari awal, tujuannya menguji teori yang menunjukkan hubungan kausalitas antarvariabel, pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi atau wawancara terstruktur,  data bersifat kuantitatif, sampelnya besar, analisis data menggunakan statistik, hubungan dengan sampelnya berjarak, masalah dan hipotesis dirumuskan secara jelas, melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument, dan menguji hubungan antar variabel untuk kemudian menarik kesimpulannya. Sementara itu, dalam penelitian kualitati, desain bersifat fleksibel, bertujuan menggambarkan realitas yang kompleks dalam upaya memahami makna, analisis data menggunakan triangulasi dilakukan secara terus menerus selama penelitian, peneliti sebagai instrument kunci (human instrument), data bersifat deskriptif, sampel (sumber data) kecil, hubungan peneliti dengan sumber data penuh empati, peneliti tidak merumuskan hipotesis karena dalam penelitian kualitatif justru menemukan hipotesis, pencarian data terus dilakukan hingga data jenuh.

3.       Perbedaan proses penelitian
         Proses penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan (preliminary study) untuk mendapatkan masalah yang sesungguh-sungguhnya. Kemudian dirumuskan secara spesifik dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question). Setelah membaca referensi teoretik dan jurnal-jurnal hasil penelitian yang relevan, selanjutnya peneliti menetapkan hipotesis (dugaan sementara) tentang hubungan variabel yang ditelitinya. Langkah berikutnya memilih metode yang tepat, apakah itu metode survey, ex post facto, eksperimen, evaluasi, action research, atau policy research, pokoknya selain metode dengan pendekatan kualitatif. Setelah metode ditetapkan, peneliti menyusun instrument penelitian (dapat berupa test, kuesioner, pedoman wawancara, atau observasi) dengan mengacu pada teori, dan sebelum disajikan pada sampel, terlebih dahulu instrument tersebut diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Pengambilan sampel harus acak (random) sebagai syarat utama keterwakilan populasinya, sekaligus syarat generalisasi hasil penelitian. Setelah data terkumpul, diolah, dianalisis, untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Langkah akhir, adalah menyimpulkan jawaban terhadap rumusan masalah atas dasar verifikasi hipotesis tersebut.
          Proses penelitian kualitatif, ibarat orang asing yang ingin menyaksikan pertunjukkan wayang, belum tahu apa, mengapa, bagaimana wayang itu dimainkan. Ia akan tahu setelah melihat, mengamati, dan menganalisis dengan seksama. Jadi, setelah memasuki objek, peneliti melihat sesuatu, ibarat menonton wayang, ia melihat penonton, panggung, gamelan, penabuh, wayang, dalang, sinden, dimana tahap ini, dalam perspektif kualitatif disebut tahap orientasi atau deskripsi. Kemudian berlanjut ke tahap reduksi/focus. Peneliti mereduksi informasi pada tahap orientasi, ia menyortir data, memilih mana yang sesuai, dikelompokkan menjadi kategori. Selanjutnya berlanjut ke tahap selection, di mana peneliti menguraikan focus yang telah ditetapkan menjadi  lebih rinci. Dengan menganalisis secara mendalam, peneliti dapat menemukan tema, mengkonstruksi bangunan pengetahuan, hipotesis, atau ilmu yang baru. Tahapan orientasi atau deskripsi, reduksi, dan seleksi, dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang, dengan memeriksa melalui teknik triangulasi hingga datanya jenuh.

Menurut Hamidi (2004), setidaknya terdapat 12 perbedaan antara pendekatan penelitian kuantitatif dengan kualitatif, sebagai berikut:
1.      Dari segi perspektif, penelitian kuantitatif cenderung menggunakan pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan, yang berasal dari teori yang sudah ada, yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor-skornya. Sebaliknya, penelitian kualitatif cenderung menggunakan persepektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan informan.
2.      Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep (variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih peneliti, kemudian dicari datanya melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya. Di sisi lain, penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa pandangan sumber data dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian para responden bersama peneliti memberi penafsiran sehingga menciptakan konsep sebagai temuan. Singkatnya, penelitian kuantitatif berangkat dari konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif mengembangkan, menciptakan, menemukan konsep atau teori.
3.      Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal, yang berasal dari teori-teori relevan yang telah dipilih, sedangkan penelitian kualitatif bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada, maka hipotesis bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui pengumpulan data yang lebih mendalam lagi.
4.    Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan penggunaan kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan penggunaan wawancara dan observasi.
5.      Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian. Penelitian kuantitatif menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeratan hubungan atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan latar sosial yang diteliti.
6.     Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample), pendekatan kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif (perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus, persentase atau tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum pengumpulan data. Pada penelitian kualitatif jumlah responden diketahui ketika pengumpulan data mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari mewawancarai informan-awal atau informan-kunci dan berhenti sampai pada responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak memberikan informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada informan yang kesekian ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-ball), sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi dengan para informan sebelumnya. Jadi pada penelitian kualitatif, jumlah responden atau informannya didasarkan pada suatu proses pencapaian kualitas informasi.
7.     Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan. Pada penelitian kuantitatif, berproses secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh data yang detail (riwayat hidup responden, life story, life cycle, berkenaan dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi, kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai temuan.
8.     Dari bentuk penyajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasa dan pandangan responden.
9.      Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya, sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional, berarti penelitian telah menggunakan perspektif etik bukan emik lagi. Dengan menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek penelitian mengemukakan pendapat, pengalaman atau pandangan mereka.
10.    Dari segi analisis data, pada penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedangkan pada penelitian kualitatif analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara “mengangsur atau menabung” informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir memberi interpretasi atas temuannya.
11.    Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti itu sendiri, karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi dengan para responden dan aktivitas mereka. Hal ini sangat diperlukan agar responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau kuesioner.
12.    Dari segi penarikan kesimpulan, pada penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab merekalah yang ebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data atau informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan terhadap interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering digunakan oleh para responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik.

Sumber:
Hamidi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

PERBEDAAN PENGERTIAN PENELITIAN DENGAN PENDEKATAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF


Apabila pada pembahasan mengenai Jenis-Jenis Metode Penelitian telah diungkapkan bahwa berdasarkan tingkat kealamiahannya, penelitian dapat dibedakan menjadi tiga, yakni penelitian eksperimen, penelitian survey, dan penelitian naturalistik, maka pada pembahasan kali ini, akan dibahas secara lebih sederhana, mengerucut, dalam dua pemilahan pendekatan saja, yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
     Penelitian dengan pendekatan kuantitatif sering disebut sebagai metode tradisional, scientific, positivistik, konfirmasi, atau discovery. Sementara itu, penelitian dengan pendekatan kualitatif sering disebut sebagai metode baru/modern, postpositivistik, artistik, atau interpretive research.
     Penelitian dengan pendekatan kuantitatif sering disebut sebagai penelitian dengan metode tradisional, karena metode ini sudah digunakan cukup lama oleh para peneliti dalam berbagai bidang ilmu. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut pula sebagai metode scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang bercirikan data yang konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut sebagai metode konfirmasi, karena didasarkan pada teknik deduktif, sehingga penelitian yang dilakukan lebih pada melakukan pemeriksaan kebenaran temuan-temuan terdahulu. Metode ini juga disebut sebagai metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan baru. Metode ini disebut metode kuantitatif, karena data penelitian bersandar pada angka-angka (quantity), dan analisis data menggunakan analisis statistik, sebagai cara untuk dapat sampai pada kesimpulan hasil penelitian.
      Dasar pemikiran filsafat positivisme memandang realitas, gejala, atau fenomena sebagai sesuatu yang dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati (observable), terukur, dan hubungan antar gejala menunjukkan kausalitas, mencerminkan hubungan sebab-akibat. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada populasi, atau pada sampel tertentu yang representatif. Proses penelitiannya bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah dilandaskan pada konsep atau teori, sehingga kemudian dapat ditetapkan dugaan (hipotesis) atas sebab-akibat yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel yang diteliti. Data diperoleh melalui penyajian instrument penelitian, yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial guna menjawab hipotesis yang telah diajukan, apakah diterima atau ditolak.
     Sementara itu, metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian nauralistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian kualitatif dianggap sebagai metode baru atau modern, karena popularitasnya belum lama. Kadangkala disebut metode etnographi, karena pada awalnya digunakan oleh peneliti di bidang antropologi budaya. Metode ini dinamakan pula metode postpositivistik, karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola). Metode ini disebut juga metode interpretif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi peneliti terhadap data yang ditemukan di lapangan. Dinamakan sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dianalisis atas dasar kualitasnya (menurut peneliti), tidak bersandarkan pada ang-angka sebagai penelitian dengan pendekatan kuantitatif.
     Dasar pemikiran filsafat postpositivisme atau paradigma interpretif, memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada setting alamiah, apa adanya, di mana instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh sebab itu, bekal yang harus dimiliki oleh peneliti-peneliti dengan pendekatan kualitatif adalah wawasan yang luas sehingga sensitif akan hal-hal yang layak diteliti dalam situasi sosial yang dinamis. Untuk meyakinkan kebenaran penelitiannya, peneliti kualitatif menggunakan teknik triangulasi untuk mengecek keabsahan data yang dikumpulkannya. Menurut Danzin (1978) ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi penyidik, dan triangulasi teori.  Dengan triangulasi, peneliti kualitatif dapat me-recheck temuannya, dalam usaha menemukan “makna” dari penelitiannya itu.

Sumber:
Abdullah, I. (2008). Materi Kuliah Metode Penelitian Administrasi. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik UGM
Hamidi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Kamis, 26 Mei 2016

JENIS-JENIS METODE PENELITIAN

Ketika membaca berbagai buku tentang Metode Penelitian, hampir dapat dipastikan akan ditemukan klasifikasi yang berbeda tentang pengelompokkan jenis-jenis metode penelitian. Menurut Sugiyono (2007) jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan “tujuan” dan “tingkat kealamiahan (natural setting)” dari objek yang diteliti. Berdasarkan “tujuan” yang hendak dicapai, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni penelitian dasar (bassic research), penelitian pengembangan (research and development) dan penelitian terapan (applied research). Sekilas ketiga klasifikasi itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.  Penelitian dasar  (basic research), disebut juga penelitian murni (pure research) atau   penelitian pokok (fundamental research) adalah penelitian yang diperuntukan bagi pengembangan suatu ilmu pengetahuan serta diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teori baru. Peneliti yang melakukan penelitian dasar memiliki tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa memikirkan pemanfaatan secara langsung dari hasil penelitian tersebut. Penelitian dasar justru memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan serta pengujian teori-teori yang akan mendasari penelitian terapan.

2.  Penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau produk yang baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada. Produk dimaksud dapat berbentuk hardware (buku, modul, atau alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium), juga dapat berbentuk software (seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, atau model-model pendidikan, pelatihan, bimbingan, dan sebagainya.

3.    Penelitian terapan (applied research) adalah penelitian yang mempunyai alasan praktis untuk mengharapkan keuntungan, keinginan untuk mengetahui, bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, lebih efektif, dan efisien.

Gay (1977) menyatakan bahwa sebenarnya sulit untuk membedakan antara penelitian murni atau penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research) secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Sebagaimana telah dipaparkan di atas, penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Penelitian dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan ketat. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis. Jadi penelitian murni atau dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu tersebut digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan berubah menjadi penelitian terapan.
Jujun S. Suriasumantri (1985, dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
Dalam bidang pendidikan, Borg dan Gall (1988) menyatakan bahwa, penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan “jembatan” antara penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research), dimana penelitian dasar bertujuan untuk “to discover new knowledge about fundamental phenomena” sedangkan penelitian terapan (applied research) bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk (Sugiyono, 2007).

Selanjutnya, apabila berdasarkan pada tingkat kealamiahan tempat penelitian (natural setting), metode penelitian juga dapat diklasifikasikan menjadi penelitian eksperimen, penelitian survey, dan penelitian naturalistik. Ketiga jenis penelitian dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.   Penelitian eksperimen 
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang membuat sesuatu terjadi, di mana satu atau  lebih faktor divariasikan, dan faktor yang lain dibuat konstan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan sebab-akibat antara variabel bebas (independent variable) dan variable terikat (dependent variable).
2.   Penelitian survey
Penelitian survey adalah suatu jenis penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survey tidak memberikan perlakuan kepada subjek sebagaimana pada penelitian eksperimen. Penelitian survey dapat dilakukan pada populasi yang besar ataupu kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, dengan analisis data statistik inferensial.

Penelitian survey memiliki beberapa jenis, antara lain:
a.  Penelitian penjajakan (eksploratif)
Penelitian eksploratif bersifat terbuka, masih mencari-cari. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan-hubungan baru yang terdapat pada suatu permasalahan yang luas dan kompleks dan juga untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.
b.  Penelitian deskriptif
Penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.
c.  Penelitian evaluatif
Penelitian ini digunakan untuk mencari jawaban, sampai seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai.
d.  Penelitian eksplanatif atau penelitian penjelasan
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data yang sama dan bertujuan untuk menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secar tertentu.
e.  Penelitian prediktif
Penelitian ini digunakan untuk meramalkan suatu situasi atau fenomena sosial tertentu, seperti pendapat umum mengenai keadaan sosial dan politik.
f.  Penelitian pengembangan sosial
Penelitian ini dikembangkan berdasarkan surveyi yang dilakukan secara berkala. 

3.  Penelitian naturalistik
Penelitian naturalistik seringkali disebut pula sebagai penelitian dengan metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Hal ini karena fenomena sosial dipahami berdasarkan subjektivitas penelitinya, sehingga kadangkala penelitian kualitatif "dianggap sebagian ahli" sebagai penelitian yang tidak ilmiah. Namun penelitian dengan pendekatan kualitatif, belakangan ini semakin banyak menarik minat para peneliti, dan hasilnya berkontribusi pada pengembangan penelitian kuantitatif.


Sumber:
Azwar, S. (2010). Metode Penelitia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 
Hasan, Iqbal. (2006). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 
Mardalis. (2002). Metode Penelitian  Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B.N. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Gramedia. 
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. 
Suharto, dkk. (2004). Perekayasaan Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Andi.