EDUCATION RESEARCH
“They can do all because they think they can.’’ ● Virgil (70-19 BC) ●
Sabtu, 28 Mei 2016
Jumat, 27 Mei 2016
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Dalam artikel tentang Perbedaan Pengertian Pendekatan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif telah
disinggung tentang perbedaan-perbedaan prinsip penerapan kedua pendekatan ini.
Namun, masih dibutuhkan penjelasan yang menunjukkan perbedaan keduanya,
setidaknya menurut Sugiyono (2007) dapat ditinjau dari perbedaan aksioma,
karakteristik, dan dalam proses penelitiannya, sebagai uraian berikut ini.
1. Perbedaan aksioma (pandangan
dasar)
Perbedaan
aksioma ini meliputi sifat realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti,
hubungan antarvariabel, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai. Sekilas
dapat diuraikan perbedaan-perbedaan tersebut sebagai berikut:
a. Perbedaan
sifat realitas
Dalam
penelitian kuantitatif yang berlandaskan filsafat positivisme, realitas
dipandang sesuatu yang konkrit, observable,
dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna, tidak berubah (tetap), dapat
diukur, dan diverifikasi. Sementara itu, dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan
filsafat postpositivisme atau paradigma interpretif, realitas tidak dapat
dipandang secara parsial dan dipecah ke dalam variabel-variabel, tetapi harus
dipandang sebagai sesuatu yang dinamis, satu kesatuan, utuh (holistic).
b. Hubungan
peneliti dengan yang diteliti
Dalam
penelitian kuantitatif, hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat
independen, berjarak, diasumsikan kebenaran berada di luar hubungan itu. Kuesioner
disajikan untuk memperoleh data, dan peneliti hampir tidak mengenal siapa
sampel dari populasi yang ditelitinya. Sementara dalam penelitian kualitatif,
peneliti justru harus berinteraksi dengan subjek yang ditelitinya, membina
hubungan baik dalam upaya mendapatkan data dan memaknainya.
c. Hubungan
antarvariabel
Dalam
penelitian kuantitatif, peneliti melihat variabel yang ditelitinya sebagai
hubungan sebab-akibat (kausal) sehingga dikenal ada variabel bebas (independent
variable) dan variabel terikat (dependent variable). Hubungan inilah yang
dicari signifikansi pengaruhnya. Sementara itu, dalam penelitian kualitatif
yang bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses,hubungan antarvariabel
cenderung dilihat sebagai interaksi yang saling mempengaruhi (reciprocal),
sehingga tidak diketahui dan tidak ada istilah mana independent variable dan dependent
variable.
d. Kemungkinan
generalisasi
Dalam
penelitian kuantitatif, lebih menekankan keluasan cakupan informasi ketimbang
kedalamannya, dimana generalisasi diperoleh dari penelitian terhadap sampel,
yang diberlakukan terhadap populasi. Sementara itu, dalam penelitian
kualitatif, justru lebih menekankan kedalaman informasi (tidak menggeralisasi),
sehingga sampai pada tingkat makna, “di balik sesuatu yang tampak”. Dalam
penelitian kualitatif tidak ada istilah generalisasi tetapi transferability (keteralihan), yang
berarti hasil penelitian pada suatu tempat, memungkinkan juga untuk diterapkan
di tempat-tempat lainnya yang relatif sama.
e. Peranan
nilai
Dalam
penelitian kuantitatif, karena peneliti tidak berinteraksi dengan sumber data
(subjek yang diteliti), maka pada penelitian kuantitatif relatif bebas nilai,
untuk menjaga supaya data yang diperoleh bersifat objektif. Sementara itu, dalam
penelitian kualitatif, justru sarat dengan muatan nilai, sebab baik peneliti
maupun yang diteliti sama-sama memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan,
nilai-nilai, persepsi, dan kepentingan yang berbeda-beda, yang mempengaruhi proses
pengumpulan data, analisis, hingga pembuatan laporan.
2. Perbedaan karakteristik
Dalam
penelitian kuantitatif, desain secara spesifik ditetapkan sejak dari awal,
tujuannya menguji teori yang menunjukkan hubungan kausalitas antarvariabel, pengumpulan
data menggunakan kuesioner, observasi atau wawancara terstruktur, data bersifat kuantitatif, sampelnya besar,
analisis data menggunakan statistik, hubungan dengan sampelnya berjarak,
masalah dan hipotesis dirumuskan secara jelas, melakukan uji validitas dan reliabilitas
instrument, dan menguji hubungan antar variabel untuk kemudian menarik kesimpulannya.
Sementara itu, dalam penelitian kualitati, desain bersifat fleksibel, bertujuan
menggambarkan realitas yang kompleks dalam upaya memahami makna, analisis data
menggunakan triangulasi dilakukan secara terus menerus selama penelitian,
peneliti sebagai instrument kunci (human
instrument), data bersifat deskriptif, sampel (sumber data) kecil, hubungan
peneliti dengan sumber data penuh empati, peneliti tidak merumuskan hipotesis
karena dalam penelitian kualitatif justru menemukan hipotesis, pencarian data terus
dilakukan hingga data jenuh.
3. Perbedaan proses
penelitian
Proses
penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan (preliminary study) untuk mendapatkan masalah yang
sesungguh-sungguhnya. Kemudian dirumuskan secara spesifik dalam bentuk pertanyaan
penelitian (research question). Setelah
membaca referensi teoretik dan jurnal-jurnal hasil penelitian yang relevan,
selanjutnya peneliti menetapkan hipotesis (dugaan sementara) tentang hubungan
variabel yang ditelitinya. Langkah berikutnya memilih metode yang tepat, apakah
itu metode survey, ex post facto,
eksperimen, evaluasi, action research,
atau policy research, pokoknya selain
metode dengan pendekatan kualitatif. Setelah metode ditetapkan, peneliti
menyusun instrument penelitian (dapat berupa test, kuesioner, pedoman
wawancara, atau observasi) dengan mengacu pada teori, dan sebelum disajikan
pada sampel, terlebih dahulu instrument tersebut diujicobakan untuk mengetahui
validitas dan reliabilitasnya. Pengambilan sampel harus acak (random) sebagai syarat utama
keterwakilan populasinya, sekaligus syarat generalisasi hasil penelitian.
Setelah data terkumpul, diolah, dianalisis, untuk mengetahui apakah hipotesis
yang diajukan diterima atau ditolak. Langkah akhir, adalah menyimpulkan jawaban
terhadap rumusan masalah atas dasar verifikasi hipotesis tersebut.
Proses
penelitian kualitatif, ibarat orang asing yang ingin menyaksikan pertunjukkan
wayang, belum tahu apa, mengapa, bagaimana wayang itu dimainkan. Ia akan tahu
setelah melihat, mengamati, dan menganalisis dengan seksama. Jadi, setelah
memasuki objek, peneliti melihat sesuatu, ibarat menonton wayang, ia melihat
penonton, panggung, gamelan, penabuh, wayang, dalang, sinden, dimana tahap ini,
dalam perspektif kualitatif disebut tahap orientasi atau deskripsi. Kemudian
berlanjut ke tahap reduksi/focus. Peneliti mereduksi informasi pada tahap
orientasi, ia menyortir data, memilih mana yang sesuai, dikelompokkan menjadi
kategori. Selanjutnya berlanjut ke tahap selection,
di mana peneliti menguraikan focus yang
telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Dengan
menganalisis secara mendalam, peneliti dapat menemukan tema, mengkonstruksi
bangunan pengetahuan, hipotesis, atau ilmu yang baru. Tahapan orientasi atau
deskripsi, reduksi, dan seleksi, dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang,
dengan memeriksa melalui teknik triangulasi hingga datanya jenuh.
Menurut Hamidi
(2004),
setidaknya terdapat 12 perbedaan antara pendekatan penelitian kuantitatif dengan kualitatif, sebagai berikut:
1. Dari segi perspektif, penelitian kuantitatif cenderung menggunakan
pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan
menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan, yang berasal dari teori yang sudah
ada,
yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan
indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut
dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor-skornya. Sebaliknya, penelitian kualitatif cenderung menggunakan
persepektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita
rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan
pandangan informan.
2. Dari segi konsep
atau teori, penelitian kuantitatif bertolak
dari konsep (variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih peneliti, kemudian dicari datanya melalui
kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya. Di sisi lain, penelitian kualitatif berangkat dari
penggalian data berupa pandangan sumber data dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian para responden bersama
peneliti memberi
penafsiran sehingga menciptakan konsep sebagai temuan. Singkatnya, penelitian
kuantitatif berangkat dari konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan
kualitatif mengembangkan, menciptakan,
menemukan konsep atau teori.
3. Dari segi hipotesis,
penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal, yang berasal dari teori-teori
relevan yang telah dipilih, sedangkan penelitian kualitatif bisa menggunakan
hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada, maka hipotesis bisa ditemukan di
tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui pengumpulan data yang
lebih mendalam lagi.
4. Dari segi teknik
pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan penggunaan kuisioner,
sedang penelitaian kualitatif mengutamakan penggunaan wawancara dan observasi.
5. Dari segi
permasalahan atau tujuan penelitian. Penelitian kuantitatif menanyakan atau ingin
mengetahui tingkat pengaruh, keeratan hubungan atau asosiasi antar variabel, atau kadar
satu variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif
menanyakan atau ingin mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang ada di
balik cerita detail para responden dan latar sosial yang diteliti.
6. Dari segi teknik
memperoleh jumlah (size) responden (sample), pendekatan kuantitatif ukuran (besar,
jumlah) sampelnya bersifat representatif (perwakilan) dan diperoleh dengan
menggunakan rumus, persentase atau tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan
sebelum pengumpulan data. Pada penelitian kualitatif jumlah responden
diketahui ketika pengumpulan data mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya
diawali dari mewawancarai informan-awal atau informan-kunci dan berhenti sampai
pada responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak memberikan
informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada informan yang kesekian
ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-ball),
sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi dengan para
informan sebelumnya. Jadi pada penelitian kualitatif, jumlah responden atau informannya
didasarkan pada suatu proses pencapaian kualitas informasi.
7. Dari segi alur pikir
penarikan kesimpulan. Pada
penelitian kuantitatif, berproses secara deduktif, yakni dari
penetapan variabel (konsep), kemudian pengumpulan data dan menyimpulkan. Di
sisi lain, penelitian kualitatif berproses secara induktif, yakni prosesnya
diawali dari upaya memperoleh data yang detail (riwayat hidup responden, life
story, life cycle,
berkenaan dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan
interpretasi, kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau
teori sebagai temuan.
8. Dari bentuk penyajian
data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang penelitian
kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasa dan
pandangan responden.
9. Dari segi definisi
operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya, sedangkan penelitian
kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan mengukur variabel
(definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur). Jika
penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional, berarti penelitian
telah menggunakan perspektif etik bukan emik lagi. Dengan
menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan
jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek penelitian mengemukakan
pendapat, pengalaman atau pandangan mereka.
10. Dari segi analisis
data, pada
penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan data dengan menggunakan
perhitungan statistik, sedangkan pada penelitian kualitatif analisis datanya
dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara
“mengangsur atau menabung” informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya
sampai terakhir memberi interpretasi atas temuannya.
11. Dari segi instrumen,
penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti itu sendiri, karena peneliti sebagai manusia dapat
beradaptasi dengan para responden dan aktivitas mereka. Hal ini sangat diperlukan
agar responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan
informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau
kuesioner.
12. Dari segi penarikan kesimpulan, pada penelitian kualitatif interpretasi
data oleh peneliti melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian,
sebab merekalah yang ebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data atau
informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan terhadap
interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja konsep
tersebut merupakan istilah atau kata yang sering digunakan oleh para responden.
Di sisi lain, penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh peneliti,
berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik.
Sumber:
Hamidi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi
Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Sugiyono. (2007). Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
PERBEDAAN PENGERTIAN PENELITIAN DENGAN PENDEKATAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Apabila
pada pembahasan mengenai Jenis-Jenis Metode Penelitian telah diungkapkan
bahwa berdasarkan tingkat kealamiahannya, penelitian dapat dibedakan menjadi
tiga, yakni penelitian eksperimen, penelitian survey, dan penelitian
naturalistik, maka pada pembahasan kali ini, akan dibahas secara lebih
sederhana, mengerucut, dalam dua pemilahan pendekatan saja, yakni penelitian
dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Penelitian
dengan pendekatan kuantitatif sering disebut sebagai metode tradisional,
scientific, positivistik, konfirmasi, atau discovery.
Sementara itu, penelitian dengan pendekatan kualitatif sering disebut sebagai metode
baru/modern, postpositivistik, artistik, atau interpretive research.
Penelitian
dengan pendekatan kuantitatif sering disebut sebagai penelitian dengan metode
tradisional, karena
metode ini sudah digunakan cukup lama oleh para peneliti dalam berbagai bidang ilmu. Metode ini disebut
sebagai metode positivistik karena berlandaskan
pada filsafat positivisme. Metode ini disebut pula sebagai metode
scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang bercirikan data yang konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional
dan sistematis. Metode ini juga disebut sebagai
metode konfirmasi, karena didasarkan pada teknik deduktif, sehingga penelitian
yang dilakukan lebih pada melakukan pemeriksaan kebenaran temuan-temuan
terdahulu.
Metode ini juga disebut sebagai metode discovery, karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan baru. Metode ini disebut
metode kuantitatif, karena data penelitian bersandar pada angka-angka (quantity), dan analisis data
menggunakan analisis statistik, sebagai cara untuk dapat sampai pada kesimpulan
hasil penelitian.
Dasar
pemikiran filsafat positivisme memandang realitas, gejala, atau fenomena sebagai
sesuatu yang dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati (observable), terukur, dan hubungan antar
gejala menunjukkan kausalitas, mencerminkan hubungan sebab-akibat. Penelitian
kuantitatif pada umumnya dilakukan pada populasi, atau pada sampel tertentu
yang representatif. Proses penelitiannya bersifat deduktif, di mana untuk
menjawab rumusan masalah dilandaskan pada konsep atau teori, sehingga kemudian
dapat ditetapkan dugaan (hipotesis) atas sebab-akibat yang mungkin terjadi di
antara variabel-variabel yang diteliti. Data diperoleh melalui penyajian instrument
penelitian, yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik
deskriptif atau inferensial guna menjawab hipotesis yang telah diajukan, apakah
diterima atau ditolak.
Sementara itu, metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode
penelitian nauralistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting). Penelitian
kualitatif dianggap sebagai
metode baru atau modern, karena popularitasnya belum lama. Kadangkala disebut metode
etnographi, karena pada awalnya digunakan oleh peneliti di bidang antropologi
budaya. Metode ini dinamakan pula metode postpositivistik, karena berlandaskan pada
filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena
proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola). Metode
ini disebut juga
metode interpretif
karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi peneliti terhadap data yang ditemukan di lapangan. Dinamakan sebagai metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dianalisis atas dasar kualitasnya
(menurut peneliti), tidak bersandarkan pada ang-angka sebagai penelitian dengan
pendekatan kuantitatif.
Dasar pemikiran filsafat
postpositivisme atau paradigma interpretif, memandang realitas sosial sebagai sesuatu
yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala
bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian
dilakukan pada setting alamiah, apa
adanya, di mana instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh sebab
itu, bekal yang harus dimiliki oleh peneliti-peneliti dengan pendekatan
kualitatif adalah wawasan yang luas sehingga sensitif akan hal-hal yang layak
diteliti dalam situasi sosial yang dinamis. Untuk meyakinkan kebenaran
penelitiannya, peneliti kualitatif menggunakan teknik triangulasi untuk
mengecek keabsahan data yang dikumpulkannya. Menurut Danzin (1978) ada empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu triangulasi
sumber, triangulasi metode, triangulasi penyidik, dan triangulasi teori. Dengan triangulasi, peneliti kualitatif dapat
me-recheck temuannya, dalam usaha
menemukan “makna” dari penelitiannya itu.
Sumber:
Abdullah, I.
(2008). Materi Kuliah
Metode Penelitian Administrasi. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik
UGM
Hamidi.
(2004). Metode
Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan
Penelitian. Malang: UMM Press.
Sugiyono.
(2007). Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Kamis, 26 Mei 2016
JENIS-JENIS METODE PENELITIAN
Ketika membaca berbagai buku tentang Metode Penelitian,
hampir dapat dipastikan akan ditemukan klasifikasi yang berbeda tentang
pengelompokkan jenis-jenis metode penelitian. Menurut Sugiyono (2007) jenis-jenis
metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan “tujuan” dan “tingkat
kealamiahan (natural setting)” dari objek yang diteliti. Berdasarkan “tujuan”
yang hendak dicapai, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yakni penelitian dasar (bassic research),
penelitian pengembangan (research and
development) dan penelitian terapan (applied research).
Sekilas ketiga klasifikasi itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penelitian dasar (basic research), disebut
juga penelitian murni (pure research) atau
penelitian pokok (fundamental
research) adalah penelitian yang diperuntukan bagi pengembangan
suatu ilmu pengetahuan serta diarahkan pada pengembangan teori-teori
yang ada atau menemukan teori baru. Peneliti yang melakukan penelitian
dasar memiliki tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa memikirkan
pemanfaatan secara langsung dari hasil penelitian tersebut. Penelitian
dasar justru memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan serta
pengujian teori-teori yang akan mendasari penelitian terapan.
2. Penelitian
dan pengembangan (research
and development) merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan atau produk yang baru atau menyempurnakan produk yang sudah
ada. Produk dimaksud dapat berbentuk hardware (buku,
modul, atau alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium), juga dapat
berbentuk software
(seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan
atau laboratorium, atau model-model pendidikan, pelatihan, bimbingan, dan
sebagainya.
3. Penelitian terapan (applied research) adalah
penelitian yang mempunyai alasan praktis untuk mengharapkan keuntungan,
keinginan untuk mengetahui, bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang jauh
lebih baik, lebih efektif, dan efisien.
Gay (1977) menyatakan bahwa sebenarnya sulit untuk membedakan antara penelitian murni atau penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research) secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Sebagaimana telah dipaparkan di atas, penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Penelitian dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan ketat. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis. Jadi penelitian murni atau dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu tersebut digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan berubah menjadi penelitian terapan.
Jujun S. Suriasumantri (1985, dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
Dalam bidang pendidikan, Borg dan Gall (1988) menyatakan bahwa, penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan “jembatan” antara penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research), dimana penelitian dasar bertujuan untuk “to discover new knowledge about fundamental phenomena” sedangkan penelitian terapan (applied research) bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk (Sugiyono, 2007).
Selanjutnya, apabila berdasarkan pada tingkat kealamiahan tempat penelitian (natural setting), metode penelitian juga dapat diklasifikasikan menjadi penelitian eksperimen, penelitian survey, dan penelitian naturalistik. Ketiga jenis penelitian dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penelitian eksperimen
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang “membuat sesuatu terjadi”, di mana satu atau lebih faktor divariasikan, dan faktor yang lain dibuat konstan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan sebab-akibat antara variabel bebas (independent variable) dan variable terikat (dependent variable).
2. Penelitian survey
Penelitian survey adalah suatu jenis penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survey tidak memberikan perlakuan kepada subjek sebagaimana pada penelitian eksperimen. Penelitian survey dapat dilakukan pada populasi yang besar ataupu kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, dengan analisis data statistik inferensial.
Penelitian survey memiliki beberapa jenis, antara lain:
a. Penelitian penjajakan (eksploratif)
Penelitian eksploratif bersifat terbuka, masih mencari-cari. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan-hubungan baru yang terdapat pada suatu permasalahan yang luas dan kompleks dan juga untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.
b. Penelitian deskriptif
Penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.
c. Penelitian evaluatif
Penelitian ini digunakan untuk mencari jawaban, sampai seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai.
d. Penelitian eksplanatif atau penelitian penjelasan
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data yang sama dan bertujuan untuk menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secar tertentu.
e. Penelitian prediktif
Penelitian ini digunakan untuk meramalkan suatu situasi atau fenomena sosial tertentu, seperti pendapat umum mengenai keadaan sosial dan politik.
f. Penelitian pengembangan sosial
Penelitian ini dikembangkan berdasarkan surveyi yang dilakukan secara berkala.
3. Penelitian naturalistik
Penelitian naturalistik seringkali disebut pula sebagai penelitian dengan metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Hal ini karena fenomena sosial dipahami berdasarkan subjektivitas penelitinya, sehingga kadangkala penelitian kualitatif "dianggap sebagian ahli" sebagai penelitian yang tidak ilmiah. Namun penelitian dengan pendekatan kualitatif, belakangan ini semakin banyak menarik minat para peneliti, dan hasilnya berkontribusi pada pengembangan penelitian kuantitatif.
Sumber:
Azwar,
S. (2010). Metode Penelitia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan,
Iqbal. (2006). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Mardalis.
(2002). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Seniati,
L., Yulianto, A., & Setiadi, B.N. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Gramedia.
Sugiyono.
(2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung : Alfabeta.
Suharto,
dkk. (2004). Perekayasaan Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Andi.
Langganan:
Postingan (Atom)